Perjalanan saya belajar tentang Semiotika
Bahasa adalah cara kita berkomunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan perasaan dan pikiran kita. Sejak zaman kuno, manusia telah mulai mempelajari tentang bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bahasa berkembang dan bagaimana hubungannya dengan cara kita berpikir dan menggunakan tanda-tanda.
Dalam studi bahasa, bahasa dijelaskan sebagai sistem suara yang memiliki makna dan digunakan untuk berkomunikasi. Secara metaforis, bahasa bisa merujuk pada berbagai cara kita berkomunikasi. Semiotika mempelajari sistem dan aturan yang membuat tanda-tanda tersebut memiliki makna. Pikiran kita akan mengolah makna dan tata bahasa dalam otak saat kita bicara, kemudian pendengar akan memahami pesan tersebut. Ini memungkinkan komunikasi antara pembicara dan pendengar agar bisa saling mengerti dan memahami.
Dari perkuliahan kemarin, banyak pertanyaan saya soal Semiotika yang masih belum terjawab. Maka dari itu, untuk memenuhi rasa penasaran saya, pada kesempatan kali ini saya akan mengkaji dan mengekstrasi beberapa jurnal yang saya baca untuk mendapatkan banyak informasi yang bisa saya dapat.
Dari kajian yang lahir dari rasa penasaran saya ini, semoga rasa penasaran saya akan hubungan antara bahasa, cara kita berpikir, dan tanda-tanda yang saling memengaruhi satu sama lain dapat terjawabkan. Anda sebagai pembaca, akan menjadi teman saya dalam perjalanan mencari jawaban dan kesimpulan dari pertanyaan pertanyaan saya ini. So, enjoy my blog!
Artikel pertama: Hubungan Bahasa, Semiotika Dan Pikiran Dalam Berkomunikasi
Penulis : M. Hasbullah
Di awal pembahasan, Jurnal ini membahas awal mula adanya bahasa. Dimana para ahli bahasa dan orang-orang dari bidang ilmu lainnya berspekulasi tentang asal mula bahasa. Para pakar bahasa menjelaskan bahwa kitab Taurat dan Injil pertama kali ditulis dalam Bahasa Ibrani. Akan tetapi, kitab-kitab suci tersebut hadir di dunia sudah sekian ribu tahun setelah munculnya manusia di bumi.
Ilmuan barat banyak yang percaya, bahwa sampai saat ini bahasa Ibrani disamping bahasa pertama manusia juga merupakan asal mula bahasa lainnya. namun tidak ada alasan untuk berpikir bahwa bahasa Ibrani menyerupai bahasa pertama manusia. Hal itu dapat dibuktikan dengan prinsip-prinsip ilmu linguistik bahwa kebanyakan bahasa manusia tidak berasal dari bahasa Ibrani.
Lalu, jurnal ini juga membahas soal teori teori tentang bagaimana awal adanya bahasa. Teori teori ini, beesumber dari tuhan, bunyi alam, isyarat lisan, dan teori yang mendasarkan pada kemampuan manusia secara fisiologi. Secara garis besar, teori ini dibagi menjadi 3. Yaitu teologis, naturalis dan konvensionalis.
Para pendukung teologis meyakini bahwa manusia berbahasa karena anugerah dari tuhan. Hal ini sesuai dengan data kitab suci seperti dalam agama islam, Allah mengajadkan kepada Nabi Adam nama nama benda.
Teori kedua, Naturalis. Kemampuan manusia berbahasa dipercaya merupakan bawaan alam. Penganut teori ini mempercayai bahwa bahasa muncul secara alamiah.
Sedangkan Teori konvensionalis berpandangan bahwa bahasa pada awalnya muncul sebagai produk sosial. Ia merupakan hasil konveksi yang disepakati dan dilestarikan oleh masyarakat.
Lalu, apa hubungan bahasa, semiotika, dan pikiran?
Dari jurnal ini dijelaskan bahwa Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dan seringkali kita harus mempertimbangkan berbagai hal tentangnya. Misalnya, teori mengenai asal usul bahasa sering kali hanya didasarkan pada spekulasi, sehingga kebenarannya juga bersifat spekulatif. Bahasa, semiotika, dan pikiran saling mempengaruhi.
Dalam lingkup linguistik, bahasa dianggap sebagai sistem suara yang memiliki makna dan digunakan untuk berkomunikasi oleh sekelompok manusia dalam menyatakan perasaan dan pemikiran mereka. Secara kiasan, bahasa bisa merujuk pada berbagai cara komunikasi atau interaksi, seperti isyarat atau simbol lainnya. Semiotika mempelajari sistem dan aturan yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki makna.
Secara singkat, semiotika mempelajari hubungan antara bagian-bagian tanda dan bagaimana hubungan tersebut memengaruhi masyarakat yang menggunakannya. Pikiran kita akan mengolah makna dan tata bahasa dalam otak saat kita berbicara, dan kemudian pendengar akan memahami pesan tersebut. Ini memungkinkan komunikasi antara pembicara dan pendengar agar bisa saling memahami dan mengerti.
Artikel kedua : Memahami Mitos dan Ideologi dalam Semiotika Roland Barthes
Penulis: Stefanus Poto Elu, S.S, M.I.Kom
Pada Artikel ini, sang menuljs mempertanyakan soal apa yang dimaksud dengan mitos dan ideologi dalam semiotika Barthes? Apakah keduanya memiliki makna yang sama? Dan dimana mana posisi mereka? Dalam tulisan ini sang penulis mengulas secara detail bagaimana memahami mitos dan ideologi dalam semiotika Roland Barthes.
Pada teorinya, Barthes menempatkan mitos pada makns konotatif. Barthes mengidentikan konotasi dengan operasi ideologi yang disebutnya mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai nilai dominan pada suatu periode tertentu.
Dalam artikel ini, penulis menanyakan tentang apa yang dimaksud dengan mitos dan ideologi dalam semiotika Barthes. Apakah keduanya memiliki makna yang sama, dan di mana posisi keduanya? Penulis menjelaskan dengan rinci tentang bagaimana kita bisa mengerti mitos dan ideologi menurut Roland Barthes.
Barthes mengatakan bahwa mitos adalah cara pesan disampaikan melalui wacana, meskipun kita tidak melihatnya langsung melalui objek pesan.
Menurut Barthes, ideologi seringkali tersembunyi di balik mitos. Ini karena mitos mengungkapkan keyakinan yang tersembunyi dalam pikiran kita, yang dipengaruhi oleh ideologi. Meskipun kita sengaja membuat pesan, kita mungkin tidak menyadari akan keberadaan dunia lain yang lebih imajinatif. Mitos memiliki banyak jenis dan terus berkembang dalam masyarakat, dan bisa berubah dengan cepat karena adanya mitos-mitos baru yang muncul.
Kesimpulan yang saya ambil dari artikel ini adalah, Menurut Barthes, mitos dan ideologi sangat berkaitan. Dia mengatakan bahwa mitos itu seperti pesan yang disampaikan melalui cerita atau pemahaman yang kita terima dari masyarakat. Ideologi, di sisi lain, seringkali disembunyikan di balik cerita-cerita ini. Jadi, mitos membantu ideologi diterima dan dipertahankan dalam masyarakat. Dengan memahami peran mitos dalam menyampaikan pesan ideologis, kita dapat melihat bahwa ideologis mempengaruhi cara kita untuk memahami dunia sekitar kita.
Artikel ketiga: Semiotika dalam Metode Analisis Karya Seni Rupa
Penulis: Pangeran Paita Yunus & Muhammad Muhaemin
Pada jurnal ini, penulis menjelaskan bahwa dalam semiotik
makna didefinisikan secara erat dengan tanda, tetapi hubungan antara makna dan tanda dikonseptualkan secara berbeda jika pendirian teoritis berbeda. Sang penulis menggunakan metode penetian perpustkaan yakni dengan cara mengumpulkan informasi dari buku buku terkait dan jurnal jurnal yang serupa.
Teori semiotik dari Peirce, lebih menekankan pada logika dan filosofi dari tanda-tanda yang ada di masyarakat dan seringkali disebut sebagai 'grand theory' dalam semiotika. Menurut Peirce, logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran itu, menurut hipotesis teori Peirce yang mendasar, dilakukan melalui tanda-tanda. "Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang laindan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Manusia mempunyai kemungkinan yang luas dalam keanekaragaman tanda; di antaranya tanda-tanda linguistik merupakan kategori yang penting, tetapi bukan satu-satunya kategori".
Singkatnya, jurnal ini membahas tentang bagaimana penerapan teori semiotika dalam analisis karya seni rupa membantu kita memahami makna di balik karya tersebut. Semiotika membantu kita melihat bagaimana simbol-simbol dalam karya seni berinteraksi untuk menyampaikan pesan. Misalnya, warna, bentuk, dan komposisi sebuah lukisan dapat diinterpretasikan sebagai simbol yang mengandung makna tertentu. Dengan memahami semiotika, kita dapat menggali lebih dalam tentang pesan yang ingin disampaikan oleh seniman melalui karyanya, serta bagaimana pesan tersebut dipahami oleh penonton. Jadi, semiotika memberikan kita alat untuk mengartikan dan mengapresiasi karya seni rupa secara lebih dalam dan menyeluruh.
Kesimpulan yang dapat saya ambil setelah membaca ketiga jurnal ini, saya menjadi tahu bahwasannya semiotika ini sangat erat dengan kehidupan kita sehari hari. Mitos yang kita biasa dengar dikehidupan sehari hari pun ternyata bisa masuk kedalam ranah semiotika. Lalu saya juga jadi tahu bahwa semiotika dapat membantu kita memahami dan menganalisa suatu karya seni rupa.
Sekian dulu blog dari saya, sampai jumpa di blog blog saya berikutnya!
Comments
Post a Comment